Dimana kamu berada sahabatku
Kita diciptakan untuk berpasang-pasangan, seperti halnya aku dengan kamu. Kita bertemu dan menjalin pertemanan. Awal perkenalan kita sudah sama-sama merasa dekat hingga akhirnya kita dipisahkan oleh jarak. Setiap pertemuan pasti ada perpisahan, tapi kenapa secepat ini kita terpisah?
Kita bersama sejak kecil, saat itu adalah saat-saat paling menyenangkan. Dimana kita bisa merengek saat menginginkan sesuatu dan pasti kita akan mendapatkan itu. Kamu ingin mainan itu, aku pun ingin memilikinya. Tak pernah ada yang memisahkan kita sampai kita sekolah di TK sama. Kemana pun aku selalu bersama mu, aku tak suka jika ada perempuan lain yang mendekati mu. Sampai aku nekat jambak-jambakan dengan perempuan itu karena memperebutkan kamu.
Setelah TK ternyata kita satu SD lagi, bahkan kita selalu satu kelas. Aku pun tak menyangka perempuan yang ingin merebut mu dari ku itu juga ternyata sekelas dengan kita. Tapi dia tak pernah bisa menjauhkan aku dengan mu. Dia selalu gagal jika berniat untuk membuat kita bertengkar.
Kelas satu, dua dan tiga kita lewati bersama. Hingga saatnya kita duduk dibangku kelas empat. Umur kita pun sudah memasuki sepuluh tahun, dimana kita sudah tidak bisa merengek lagi untuk meminta sesuatu. Kita pun sudah belajar bagaimana cara memilih teman yang baik dan tidak. Sejak kelas empat banyak murid baru yang masuk kekelas kita dan salah satu dari mereka adalah tetangga kita.
Kita selalu berempat, dari kelompok tugas sampai rumah pun berdekatan. Kita suka menggunakan waktu luang untuk mengerjakan pr bersama dirumah salah satu dari kami. Suatu hari kita belajar senam untuk pengambilan nilai olah raga, kebetulan ibu ku adalah seorang guru olah raga, jadi kita belajar senam dirumah ku. Kita senam sambil bercanda-canda, tertawa dan mengobrol. Tapi kita bisa menghapal gerakan senam itu dalam sehari.
Waktu pengambilan nilai senam untuk kenaikan kelas dilapangan sekolah. Kita masih belajar gerakan-gerakan yang akan kita tampilkan nanti. Saatnya kelompok kami pengambilan nilai, kami langsung maju dengan hati yang gugup. Musikpun disetel, kami langsung bergerak mengikuti iringan musik tersebut. Kita bergerak sangat bersemangat, anak SD memang tak kenal lelah. Sampai selesai senam kita langsung beristirahat kekantin.
Hari demi haripun berlalu. Tak sadar ternyata seminggu lagi pengambilan rapot dan kenaikan kelas. Aku sedang berjalan melewati depan rumah mu, aku merasa ada yang berbeda. Rumah mu terlihat sangat sepi dan rapi, tak seperti biasanya. Aku langsung bergegas pulang dan menanyakan hal itu kepada orang tua ku. “bu kok rumahnya Rilo sepi?” tanya ku kepada ibu ku. “kan besok Rilo mau pindah. Emang kamu gak dikasih tau sama Rilo?” jawab ibu ku. “enggak. Rilo gak bilang apa-apa sama aku” jawab ku polos. Aku langsung lari kekamar ku dan menangis. Aku tak rela akan ditinggalkan sahabat ku, aku takut jika aku tidak akan bertemu dengannya lagi.
Air mata ku tak kunjung usai. Sampai malam aku masih memikirkan dia. Esok paginya aku sekolah, dan aku tak melihat dia dikelas. Sampai dirumah aku langsung bertanya lagi pada ibu ku “bu masa tadi Rilo gak masuk”. “iyalah kan dia pindahannya hari ini. Mbah aja belum pulang nganterin dia pindahan” jawab ibu ku. Aku langsung diam dan menangis. Aku langsung berjalan menuju rumahnya untuk memastikan perkataan ibu ku. Ternyata benar, rumahnya sudah kosong. Aku langsung pulang kerumah dengan hati yang sangat sedih.
Aku masih tak percaya jika dia meninggalkan ku. Tahun demi tahun berlalu sampai saat kelulusan kelas 6 SD. Sampai detik itu aku tak pernah melihatnya lagi. Setiap tanggal ulang tahunnya aku berharap akan bertemu dia lagi. Saat lebaranpun dia tak pernah ikut mengunjungi rumah ku bersama ayah dan ibunya, padahal aku sangat berharap dia ikut silaturahmi kerumah ku.
Saat aku kelas delapan, adik ku khitanan. Keluarga ku mengundang keluarganya untuk datang menghadiri khitanan adikku. Hari itu adalah hari yang paling aku tunggu-tunggu, aku sangat berharap akan bertemu dengannya pada hari itu. Sayang, Allah belum memberikan waktu untuk kita bertemu. Hanya orang tuanya yang datang kekhitanan adik ku. Saat orang tuanya datang aku mengobrol dengan mereka. aku bertanya-tanya tentang keadaan dia disana. Ibunya sangat berantusias menceritakan tentang kehidupan dia disana.
Sampai saat ini aku sudah duduk dibangku SMA. Aku belum pernah melihat dia lagi sekalipun. Rindu ini sudah hampir membusuk dari enam tahun yang lalu. Aku selalu berdo’a kepada Allah untuk mempertemukan kami kembali. Entah kapan kita akan bertemu lagi, tapi aku sangat yakin suatu saat nanti kita pasti akan bertemu.
Sahabat, aku sangat merindukan mu. Aku tak tahu kau berada dimana saat ini. Aku tak tahu apa yang kau lakukan saat ini. Pasti kau sudah dewasa sekarang, sudah tidak merengek lagi seperti dahulu. Aku merindukan senyum mu, aku ingin melihat tawa mu. Sampai detik ini aku masih menunggu kehadiran mu. Semoga Allah mempertemukan kita kembali, semoga sang bintang terus menemani sang bulan sama seperti aku yang selalu menemani mu meski dari jarak yang sangat jauh. Aku menyayangi mu, sahabat ku :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar